Menurut Praktisi Neuroparenting Skill, Aisyah Dahlan, berpendapat, kebanyakan masalah biasanya ditimbulkan oleh emosi-emosi negatif dalam diri seseorang. Emosi negatif itu perlu dinaikkan tingkatannya menjadi emosi positif agar bisa mencegah hal yang merugikan. Ia menuturkan rumus dari permasalahan ini yaitu masalah sama dengan situasi kondisi ditambah emosi negatif.
Kunci dari memanagemen emosi adalah dengan terus bersyukur agar tidak mengalami kondisi terpuruk. Setiap individu harus terus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dengan cara itu emosi akan naik ke zona ikhlas dan individu tidak akan terpuruk.
Dikutip dari laman facebook Aisyah Dahlan, memaparkan ada tingkatan level emosi yang fitrah di miliki oleh manusia, yaitu apatis, sedih, takut, buru-buru, marah, sombong, semangat, menerima, serta damai. Meskipun begitu ia juga menuturkan ada level emosi yang lebih rendah dari apatis, yaitu depresi.
Cara menghindarinya adalah ketika kita mulai merasa sepi, kita bangkitkan semangat, tarik nafas dalam-dalam dan membaca istighfar agar energinya terus meningkat dan tidak berujung depresi. Depresi akan naik satu tingkat ke level apatis.
Pada level apatis individu merasa menjadi orang yang paling sedih, mengalami keterpurukan, dan sudah tidak mampu menangis. Cara mengendalikannya bisa dengan orang lain yang menenangkannya, mengusap punggungnya, tanpa perlu banyak bicara.
Sampai di level sedih kita bisa mengalihkan pemikiran kita, mengingat motivasi hidup, membayangkan orang tua dan masa depan. Emosi akan naik ke level takut, ia masih cemas akan terjadinya hal-hal buruk, namun rasa takut dan tingkatan-tingkatan emosi selanjutnya bisa digolongkan hal yang wajar.
Pada tingkatan semangat inilah seseorang baru bisa diberi saran dan masukan. Dengan masukan-masukan yang diberikan ia mulai menerima keadaan dan kedamaian adalah perasaan yang lapang dan menyenangkan. Penuh dengan hikmah dan rasa aman, sehingga kita enggan pergi karena kita merasa bersyukur.
Leave a Reply