Zona Ikhlas untuk meraih kebahagiaan: DR. N. Faqih Syarif H, M.Si.
Manusia adalah makhluk luar biasa yang “LUPA” akan keluarbiasaannya akibat ulah pikirannya sendiri. Akar semua masalah adalah di dalam hatimu. Setiap kali kita berpikir masalah kita ada di luar sana, pikiran itulah yang menjadi masalahnya.
Bahagia adalah sifat sejati manusia dan wujud kebahagiaan yang dicari manusia adalah RASA yang mengalir di dalam raga dan jiwanya. Sehingga keinginan manusia sesungguhnya ialah mengalami suatu rasa yang disebut bahagia yang bergetar di dalam sel DNA dan menunjukkan jalan kebahagiaan yang diinginkan oleh jiwa kita.
”Kebahagiaan itu ada di hatimu, bukan di akalmu. Akalmu bisa berpikir tapi tidak bisa merasa.” Manusia akan banyak menemukan kemudahan ketika hati mereka memiliki rasa syukur dan rasa terima kasih sehingga ia menemukan kebutuhannya selalu dicukupi. Tanpa rasa tersebut ekspresi syukur yang dilakukan menjadi tindakan semu yang tak terukur. Syukur menjaga hubungan sinyal frekuensi kita dengan alam kehidupan. Sabar memperbaiki hubungan sinyal frekuensi kita dengan “frekuensi”-Nya.
Rasa adalah vibrasi kebahagiaan yang dicari manusia. Rasa adalah jalur rahasia komunikasi akal dan hati kita. Rasa adalah rahasia kecanggihan sistem nilai dan logika. Rasa adalah listrik yang menyalakan mesin kecerdasan manusia. Rasa adalah sinyal yang menyalakan GPS dan superintelligent software kita.
Dalam diri kita ada 9 jenis emosi: 6 emosi ; putus asa, sedih-kecewa, takut, nafsu, marah, sombong yang harus di zerokan untuk masuk zona ikhlas yang membuat Rasa- vibrasi kebahagiaan itu berjalan dengan kecepatan quantum menjadi 3 emosi ; Siap, Menerima, dan Damai. Kalau kita sudah merasakan Siap, Menerima, dan Damai, maka kita sudah memasuki Zona Ikhlas.
Bagaimana Cara mengikhlaskan?
Jika kita tidak suka dengan apa yang terjadi dalam hidup ini, kita hanya perlu merubah kesadaran kita, maka dunia akan berubah untuk kita. Kebanyakan orang menghabiskan energinya dengan membenci hal-hal yang tidak bisa ia rubah. Padahal jika dibebaskan ia akan menjadi bahan bakar untuk mencipta keajaiban.
Mari kita lakukan dengan AIR – Akui, Ijinkan, dan Relakan. Misalnya kita ingin melepaskan Nafsu Kuasa yang penampakkannya sok kuasa, mengatur dan mengontrol untuk dirubah menjadi menyerahkan kepada Yang Mahakuasa dan Maha Mengatur. Silahkan anda duduk , ambil nafas dalam-dalam, pejamkan kedua mata anda, bayangkan suatu kejadian yang membuat anda marah terhadap seseorang yang tidak mau menjalankan perintah anda sebagai atasan.Gunakan tangan Anda memegang tongkat kecil seperti anda memeras tongkat itu. Kemudian anda cari hawa marah anda dan rasakan Akui rasa itu. Kemudian biarkan dan ijinkan mengalir rasa itu pada seluruh diri anda. Setelah anda bisa merasakan itu semua, relakan dan ikhlaskan. Lepaskan rasa itu pada diri anda sambil membuka remasan jari-jari anda pada tongkat kecil sehingga tongkat itu jatuh ke bawah. Setelah itu ambil nafas dalam-dalam buka mata secara perlahan-lahan, anda akan merasakan kelegahan yang luar biasa sehingga dalam kondisi Siap, Menerima, dan Damai dengan persoalan yang menerpa Anda. Latihlah berulang-ulang ketika kita ingin melepaskan emosi negatif sampai menjadi kebiasaan. Rasakan sensasinya….
Jika Anda ingin hidup di zona intuisi hati, peliharalah keterampilan melepas keinginan untuk mengatur (nafsu kuasa ) . Hal itu akan membebaskan energi yang anda perlukan untuk mengatur sehingga menyerahkan kepada Yang Mahakuasa. Keajaiban akan mendatangi anda. Kita sibuk mencari perhatian dan cinta orang lain sementara yang paling kita butuhkan adalah cinta dari hati kita sendiri.
Berikut 5 langkah hidup sadar :
- Inginkan kedamaian di atas segalanya,
- Dahulukan ikhlas – utamakan lapang hati,
- Kenali akar perasaan- nafsu utama,
- Ikhlas non stop saat ramai atau sendiri,
- Jika ‘nyangkut’ ikhlaskan nafsu untuk ikhlas dan Ikhlas = Ringan bahagia dan efektif.
Salam Dahsyat dan Luar biasa !
( Spiritual motivator – DR.N.Faqih Syarif H, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Character Building. Sekretaris Komnas Pendidikan Jatim, Majelis Kyai PP Al-Ihsan Baron, Nganjuk, Jatim )
Leave a Reply